Rahim Pengganti

Bab 88 "Hari Minggu di Kota Malang"



Bab 88 "Hari Minggu di Kota Malang"

0Bab 88     
0

Hari Minggu di Kota Malang     

Cafe ini semakin sore, semakin ramai bahkan ternyata bukan hanya cafe biasa tapi juga ada live musiknya, sehingga banyak orang orang yang betah berada di sana.     

"Tempat nyaman banget ya. Kopinya juga gak asing, kayak kita sering minum gitu. Aromanya beda," ujar Andrian.     

Bian hanya terdiam, sudah sejak awal pria itu memikirkan apa yang baru saja di ucapkan oleh Andrian. Kopi ini sangat khas, aromanya manis dan menyatu membuat, Bian mengingat seseorang.     

Keduanya tidak terlalu lama di sana, karena Bian dan Andrian masih harus bersiap untuk besok pergi meninjau lokasi.     

Tring     

Suara pintu terbuka Carissa masuk ke dalam cafe tersebut.     

"Ada meeting ya hari ini?" tanya Carissa. Wanita itu baru saja sampai, Caca memang tidak bisa sehari saja, untuk tidak datang ke kampus.     

"Ada mbak. Orangnya baru aja pergi," jawabnya.     

Caca menganggukkan kepalanya lalu baik ke ruangan. Ada beberapa dokumen yang baru, Caca ambil dan itulah kenapa dirinya ada di cafe saat jam segini.     

Wanita itu tidak lama, setelah apa yang dirinya cari ketemu. Carissa segera pamit untuk pulang, sesampainya di apartemen ternyata asisten rumah tangga bersama sang anak tertidur di kamar mereka.     

Carissa tersenyum lalu masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan dirinya. Hari ini Carissa memang tidak ke cafe tapi ada kegiatan di luar yang sungguh sangat banyak, dan semuanya menyita waktu Carissa untuk hari ini.     

Waktunya bermain bersama dengan Melody juga tersita, Carissa tidak membutuhkan banyak waktu untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai, wanita itu keluar dari dalam kamar.     

"Ibu udah pulang?" tanya sang asisten. Caca tersenyum dan menganggukkan kepalanya.     

"Melody rewel gak bi hari ini?" tanya Caca balik.     

"Gak Bu sih adik baik banget. Makanya lahap, bobo nya juga gak banyak ulah," jawabnya.     

"Syukurlah kalau seperti itu bi."     

"Ibu sudah makan? Mau saya buatkan apa?" tanyanya. Caca sempat berpikir sejenak, lalu wanita itu menggelengkan kepalanya meminta sang asisten untuk kembali ke dalam kamar untuk beristirahat.     

Meskipun ragu, dirinya langsung masuk tak lupa bi Euis membawa Melody masuk ke dalam kamar Caca.     

Carissa kembali ke dapur membuat secangkir matcha kesukaannya. Minuman yang selalu dirinya buat ketikan merindukan sang suami.     

***     

Duduk di balkon menatap ke area luar yang begitu indah. Apartemen ini, berada di tengah kota sehingga terlihat semua lampu lampu yang bersinar sangat terang, bahkan ada beberapa gunung yang terlihat menambahkan aksen keindahan yang luar biasa.     

Dingin, ya itulah yang dirasakan Caca kali ini. Rasa dingin itu sudah masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Malam ini kota Malang bahkan sangat dingin, mungkin karena sudah memasuki musim penghujan.     

Di seruputnya matcha latte yang sudah dirinya buat, setiap kali Carissa meminumnya maka kenangan indah itu berputar di kepalanya.     

"Apa kamu di sana baik baik saja Mas?" tanyanya.     

Carissa sudah tahu mengenai sang suami yang sudah resmi bercerai dengan Della. Bahkan wanita itu tidak menyangka jika Bian membebaskan Della karena ada sesuatu hal yang begitu genting.     

Berita tentang suaminya itu tersebar dengan jelas, apalagi ketika Bian memberikan pembelaan terhadap dirinya, wanita mana yang tidak terharu tapi lagi dan lagi, egois seorang wanita bermain..     

Bukan karena dirinya tidak ingin berbakti kepada sang suami, tapi karena ada rasa kecewa yang begitu besar dan rasa bersalah terhadap temannya sendiri.     

Di tempat yang sama namun, sedikit berbeda seorang pria yang batang nikotin di tangannya sedang duduk di balkon kamar. Pria itu terlihat lusuh, cairan benih mengalir dari sudut matanya. Siapa lagi pria itu kalau bukan, Bian setiap dirinya merindukan sang istri maka air matanya akan mengalir dengan sangat cepat.     

"Kalian dimana. Mas merindukan kamu Sayang, Melody Ayah rindu kamu, nak," ucapnya dengan nada begitu lemah.     

Berada di langit dan bumi yang sama, berada ditempat yang sama bahkan jarak yang tidak terlalu jauh namun, jika takdir belum memberikan izin maka lihatlah keduanya harus menatap ke arah langit dengan perasaan yang saling merindukan.     

***     

Pagi pagi sekali, Carissa sudah sibuk di dapur bersama dengan Bi Euis, keduanya sedang memasak untuk sarapan dan juga makanan untuk nanti ketika mereka pergi.     

Setiap dua minggu sekali, Caca aja mengajak anak dan asistennya piknik sederhana, menghabiskan waktu bersama.     

"Bu saya bikin rolade. Kemarin sih adik suka banget, dan makannya habis," lapor bi Euis. Caca tersenyum, dan berkata. "Iya Bi, gak apa apa. Kalau bibi mau bikin apapun silahkan, tapi jangan lupa untuk bini juga ya," ucapnya senyum yang begitu manis.     

Bi Euis selalu bersyukur memiliki majikan seperti Carissa yang begitu baik tidak pernah membeda bedakan kasta mereka.     

Suara bel dari lu kamar Bian sudah berbunyi ratusan kali, hal itu membuat Bian kesal. Bagaimana tidak, semalaman dirinya tidak bisa tidur karena bermimpi Caca ada di samping, bahkan mimpi itu seolah nyata dan hal itu membuat Bian mengerang kesal.     

Dengan perasaan kesal, Bian membuka pintu kamar tersebut. Dan benar saja tebakannya mengenai siapa yang ada di depan sana.     

"Ngapain?" tanya Bian denhan dingin.     

"Ayo jalan pagi. Siapa tahu dapat cewek cantik, di sini bagus banget untuk istirahat," ujar Andrian. Saat Bian ingin menjawab Andrian lebih dulu masuk ke dalam apartemen Boss nya itu. Bian hanya bisa menghela nafasnya berat, Andrian memang laknat.     

***     

Disinilah mereka di sebuah taman yang tak jauh dari apartemen keduanya. Kesal sudah pasti, tapi saat melihat pemandangan di sini yang luar biasa membuat Bian tidak jadi marah dengan sahabatnya itu.     

"Nggak nyesel kan lo? Gila ini mah keren abis. Gue kalau dapat cewek di sini, mau langsung nikahin aja, biar bisa ke Malang terus," ucap Andrian. Tapi Bian tidak menghiraukannya, pria itu berjalan dengan sangat santai. Sembari menatap ke sekeliling taman, banyak anak anak yang sedang bermain bersama kedua orang tuanya.     

Ada perasaan sesak tapi Bian berjanji pada dirinya sendiri akan, mencari keberadaan istri dan anaknya lalu memberikan kebahagiaan seperti ini.     

Melody langsung meminta turun ketika melihat beberapa temannya di sana. Anak yang berusia satu setengah tahun ini, sudah sangat lincah berjalan. Bahkan Carissa sering kewalahan menghadapi anaknya itu.     

"Bubun sir," ucap Melody sambil menunjuk ke arah pasir taman yang memang disediakan untuk anak anak bermain. Carissa tersenyum, anaknya itu selalu suka dengan pasir pantai, Caca segera mengajak Melody ke sana. Anak itu sangat senang dan bahagia ketika sang Bunda mengajak ke area bermain favoritnya.     

***     

Hoek hoek hoek     

Sudah ratusan kali, wanita itu memuntahkan semua isi perutnya. Sepanjang malam dan pagi ini, semua yang ada di dalam perutnya di muntahkan tiada bersisa.     

Raut wajahnya sudah sangat pucat, bahkan tubuh wanita itu sangat lemas, kepalanya juga sangat pusing. Membuat dirinya tidak mampu untuk bisa berjalan.     

###     

Hula. Ayo tebak siapa yang muntah muntah. Yok komen, selamat membaca dan terima kasih. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.